10 Agustus 2011

Ketika Pohon Tak lagi berdaun...

Kami mencoba Mengenang Sang Putra dari Bukit Timur…dalam syair dan melodi sendu, mengantar nya pada awal kehidupan yang indah dan sempurna, seperti sekuntum edelweiss, si putih yg abadi.

By. Jessie & Roland

Tiba pada satu titik di penghujung garis dmana tak ada lagi goresan pena bercacat... RIP "rembulan di malam hari lelaki diam seribu kata hanya memandang... hatinya luka."

Dengan kereta itu ia pulang sendiri..Mengikuti rasa rindu...pada tempat abadi...Dimana sang Bapa telah menunggu.........akhir sebuah "Perjalanan"..

Tini hanya ada "lelaki dan rembulan" di dalam kereta abadi menyusuri perjalanan panjang tak bertepi. aku, dia, dan mereka pun "menangis."

Tubuh itu telah rebah, mengaku kalah pada sang waktu...tentang kehidupan...kini telah sempurna!..karena setiap kehidupan adalah fana..dan di mata NYA "kita semua sama"

Pilihan itu jatuh padaku hari ini.. adil bagiku karna kita dipilihNYA acak..kini aku melangkah tegap menyusuri jalan setapak, dan takkan ada lagi raungan dan kegelisahan dalam kehidupan bak "perahu retak".

Ia datang dari Timur, namun kini ia telah sampai di ufuk dimana matahari terbenam, karena rumput yang kering mulai menebar warna...sang Putra dari "Bukit Timur"

Aku telah mencapainya.. putih dan terang dibalut dalam satu insani...Ia berkata kemari hai engkau yg penuh rohani. "dimana nurani" ini kembali ke tempat sang pemilik nafas, DIA yang ABADI.

Di keheningan malam tanpa bintang tanpa bulan...kebisuan mencekam....ia terbaring menengadah kepada "LANGIT HITAM"...dia selalu bertanya kapan purnama tinggal dihatinya?...kini jawaban telah diberi...Langit Hitam memeluknya, mengantarkan pada sang Purnama tak berkesudahan...

0 komentar:

 

Blog Template by YummyLolly.com - RSS icons by ComingUpForAir